Rabu, 04 November 2009

ketika visi menjadi liar

Semakin Anda memahami lebih banyak tentang dunia di sekitar Anda, semakin bergairah dan penasaran terhadap kenyataan hidup dalam hidup Anda.

Gairah adalah salah satu elemen pokok yang meringankan upaya dan mengubah kegiatan-kegiatan yang biasa-biasa saja menjadi suatu pekerjaan yang dapat dinikmati.

Semakin besar “Mengapa” Anda akan semakin besar energi yang mendorong Anda untuk meraih sukses.

Mimpi tidak hanya membantu Anda berhadapan dengan kegagalan, tetapi mereka juga memotivasi Anda secara konstan.

Mimpi masa kini adalah kenyataan hari esok.

Anda bisa, jika Anda berpikir bisa, selama akal mengatakan bisa. Batasan apakah sesuatu masuk akal atau tidak, kita lihat saja orang lain, jika orang lain telah melakukannya atau telah mencapai impiannya, maka impian tersebut adalah masuk akal.

Menuliskan tujuan akan sangat membantu dalam menjaga alasan melakukan sesuatu.

Apakah kita bisa untuk mengemban misi kita? Insya Allah kita bisa, karena Allah Mahatahu, Allah tahu sampai dimana potensi dan kemampuan kita. Jika kita tidak merasa mampu berarti kita belum benar-benar mengoptimalkan potensi kita.

Jika target obsesi itu baik, maka memiliki obsesi bukan hanya baik, tetapi harus. Karena motivasi dari sebuah obsesi sangat kuat.

Untuk menjadi sukses, Anda harus memutuskan dengan tepat apa yang Anda inginkan, tuliskan dan kemudian buatlah sebuah rencana untuk mencapainya.

Bisakah kita meraih sukses yang lebih besar lagi?

Merumuskan Visi dan Misi adalah salah satu bentuk dalam mengambil keputusan, bahkan pengambilan keputusan yang cukup fundamental. Visi dan Misi Anda akan menjiwai segala
gerak dan tindakan di masa datang.

Jangan takut dengan gagalnya meraih visi, kegagalan meraih visi sebenarnya bukan suatu kegagalan, tetapi merupakan keberhasilan yang Anda tempuh meski tidak sepenuhnya.

Visi itulah yang akan menuntun perjalanan hidup Anda.

Menciptakan kebiasaan baru adalah salah satu dari kunci sukses. Jika anda ingin sukses Anda harus mulai menciptakan kebiasaan-kebiasaan yang akan membawa Anda kepada kesuksesan.

Jika Anda ingin menang— dalam bisnis, karir, pendidikan, olah raga, dsb— maka Anda harus memiliki kebiasaan-kebiasaan seorang pemenang pula.

Jika Anda ingin suatu kehidupan yang berbeda, buatlah keputusan yang berbeda juga.

Tengoklah kembali perjalanan Anda saat ini, akan menuju kemana? Apakah ke arah yang lebih baik, atau ke arah yang lebih buruk, atau tetap saja seperti saat ini? Tetapkanlah sebuah putusan dan jalanilah menuju konsekuensinya.

Potensial pilihan Anda begitu melimpah, keputusan Anda dapat saja merubah hidup Anda secara dramatis dalam waktu singkat.

Hanya satu motivasi yang ada, yaitu Allah. Adapun motivasi lainnya harus dalam rangka “karena dan/atau untuk” Allah.

Urwah bin Az-Zubair

Urwah bin Az-Zubair tabiin yang penyabar
Kunyah-nya Abu ‘Abdillah. Ia bernama lengkap ‘Urwah bin Az-Zubair bin Al-‘Awwam bin Khuwailid bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza bin Qushai dari suku Quraisy. Menilik namanya, orang akan tahu bahwa ia adalah anak dari shahabat Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, Az-Zubair bin Al-‘Awwam radhiyallâhu ‘anhu yang memperistri Asma binti Abu Bakr radhiyallahu anhuma.

‘Urwah dilahirkan di Madinah pada tahun 23H, pada akhir masa kekhalifahan ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu.

Cucu khalifah pertama ini tergolong orang ‘alim yang pandai merangkai kata-kata untuk menyentuh dan melunakkan hati lawan bicaranya. Ini diakui Az-Zuhri, yang juga seorang tabi’in. “Cara bertutur ‘Urwah melembutkan hati manusia,” katanya.

‘Urwah adalah salah seorang yang di zamannya popular dengan perhatiannya yang tinggi terhadap ilmu, lagi sabar, ahli fiqih, berhati-hati dalam berfatwa, tekun dalam beribadah, zuhud terhadap kehidupan dunia, serta sifat-sifat mulia lainnya. Sehingga ia masuk ke dalam jajaran empat besar tokoh tabi’in dari Madinah.

Tentang semangatnya mencari ilmu diceritakan oleh Az-Zuhri. Ia menuturkan dari Qabishah bin Dzuaib. Katanya: “‘Urwah mengajariku cara masuk ke tempat ‘Aisyah dan ‘Aisyah adalah manusia yang paling ‘alim. Banyak pembesar shahabat menanyakan ilmu kepadanya.”

Anaknya, Hisyam bin ‘Urwah, menuturkan dari ayahnya, “Ia berkata kepada kami waktu kami masih muda: ‘Mengapa kalian tidak belajar? Jika kamu masih kecil di suatu kaum, sebentar lagi kamu menjadi orang tua di sana. Sebagai orang tua, tidak baik bila jadi orang bodoh. Aku melihat diriku empat atau lima tahun sebelum kematian ‘Aisyah. Ketika itu aku berkata: ‘Kalau ia mati pada hari ini, maka aku telah menghapal semua hadits yang ia hapal. Sebuah hadits dari seorang lelaki shahabat Nabi shallallâhu ‘alaihi wa salam telah sampai kepadaku. Lalu seandainya aku temukan dia sedang berkata di depan pintu rumahnya, aku akan menanyakan tentang hadits yang sampai kepadaku itu.’”

Dari Az-Zuhri, katanya, “Urwah adalah lautan ilmu yang tak habis ditimba.” Sufyan bin ‘Uyainah, katanya, “Orang yang paling tahu hadits dari ‘Aisyah ada tiga: Al-Qasim bin Muhammad, ‘Urwah bin Az-Zubair, dan ‘Amrah binti ‘Abdirrahman.” Kefaqihannya juga diungkapkan oleh ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz. Dia berkata, “Tidak ada seorang pun yang lebih ‘alim daripada ‘Urwah bin Az-Zubair…”

‘Abdurrahman bin Abu Az-Zinad dari ayahnya, katanya: “Termasuk fuqaha Madinah yang dijadikan panutan manusia adalah Sa’id bin Al-Musayyib, ‘Urwah bin Az-Zubair, Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr, Abu Bakr bin ‘Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam, Kharijah bin Zaid bin Tsabit, ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah bin ‘Utbah bin Mas’ud, dan Sulaiman bin Yasar.”

Kezuhudannya pernah ia ungkapkan sendiri di hadapan anaknya. Dari ‘Utsman bin ‘Urwah, katanya: “‘Urwah pernah berkata: ‘Hai anakku, ke sinilah. Belajarlah, sesungguhnya pemilik dunia adalah manusia yang paling zuhud terhadap dunia dan betapa kasihan seseorang yang ditanya tentang agama kemudian ia tidak tahu.’”

Begitu besar sifat kehati-hatiannya dalam berfatwa sampai ia membakar semua bukunya. ‘Abdurrahman bin Abu Az-Zinad berkata menirukan perkataan ‘Urwah, “Kami tidak menjadikan satu kitab pun menandingi Al-Qur’an, sehingga aku menghapus seluruh kitabku….”

Ketekunan ibadahnya diakui oleh anaknya sendiri, Hisyam. Kesabarannya teruji ketika kaki kirinya terserang penyakit kemudian dipotong dan ia tidak mau meminum obat bius yang disarankan tabib khalifah. Ia bahkan berkata, “Lakukan pada dirimu. Sulit dibayangkan seorang manusia minum obat bius kemudian hilang akalnya hingga tak mengenal Rabb-nya.” Kemudian ia berdoa: “Ya Allah, aku punya empat orang anak, lalu Engkau ambil satu dan Engkau sisakan tiga. Aku punya empat ujung (dua kaki dan dua tangan), lalu Engkau ambil satu dan Engkau sisakan tiga. Dan jika Engkau ambil, sungguh Engkau telah menyisakannya. Jika Engkau menguji, sungguh Engkau juga menyelamatkannya.”

Tak hanya itu, segala celaan yang ditujukan kepadanya, dihadapi ‘Urwah dengan sabar, sambil berkata, “Terkadang ucapan hina yang aku tanggung sebentar menghasilkan kemuliaan yang panjang.”

Yahya bin Ma’in menyebutkan tabi’in dan ahli hadits Madinah: Abu Bakr bin ‘Abdurrahman, ‘Urwah bin Az-Zubair, Sa’id, ‘Ali bin Al-Husain, mereka wafat pada tahun 94H. Dan tahun kematian mereka disebut dengan tahun fuqaha. Namun Al-Bukhari menyebutkan bahwa ia wafat tahun 99 atau 100 atau 101H.
Nama sebenarnya adalah Abu Muhammad Urwah bin Zubair bin al-Awwam al-Quraisy. Beliau adalah salah seorang tabi’in besar dan salah seorang penghapal hadits yang sangat baik.

Ia menerima hadits dari ayahnya sendiri az-Zubair, dari saudaranya Abdullah dari ibunya ‘Asma binti Abu Bakar as-Shiddiq, dari saudara ibunya Aisyah, dari Said bin Zaid Hakim bin Hizam, dari Abu Hurairah dan dari yang lainnya.

Hadist haditsnya diriwayatkan oleh Atha’, Ibnu Abi Mulaikah, Abu Salamahbin Abdurahman, az-Zuhry, Umar bin Abdul Aziz, dan lima orang anaknya yaitu Hisyam, Muhammad, Yahya, Abdullah dan Utsman.

Ia dikenal orang yang tsiqah dan kuat hapalannya, Ibnu Syihab az-Zuhry berkata,” Demi Allah, kami hanya mempelajari 1 suku hadits dari 2000 suku hadits”.

Sedangkan Muhammad bin Sa’ad berkata,” Orang yang paling mengetahui tentang hadits hadits Aisyah ada 3 orang yaitu : al-Qasim, ‘Urwah dan ‘Amrah”.

Ia wafat pada tahun 94 H

Jumat, 16 Oktober 2009

kkn bantaeng

kisahku di bantaeng berlanjut.............."